
Buah pisang buah tomat
Disimpan didalam lumbung padi
Pantas tercium bau menyengat
Rupanya kau belum mandi
Lebih baik warna kuning
daripada warna ungu
Lebih baik gigi kuning
daripada putih tapi palsu
Paling seger minum limau
Campur madu tambah nikmat
Ayam berani sama harimau
Itu ayam super nekat
Memasak ikan di dalam peti
Paling enak di campur terasi
Gayanya aja kayak selebriti
Tapi dompetnya kagak berisi
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Capek duduk di pohon palm
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
Burung perkutut
Burung kutilang
Kamu kentut
Nggak bilang bilang
Naek pesawat ke pulau sumbawa
Ada petir gak jadi terbang
Kalau anda ingin tertawa
Tarik bibir ke arah belakang
Di pinggir kolam makan bubur
Jangan lupa pakai keripik
Dari semalem aye ga bisa tidur
Selalu teringat wajah mu yang cantik
Bunga mawar tangkai berduri
Laris manis pedang cendol
Aku tersenyum malu sekali
Ingat dulu suka mengompol
Mengarang lagu lalu kunyanyikan
Untuk menghibur si bunga pujaan
Adakah sibunga merasa nyaman
Mari kita teruskan di pelaminan
Ke cimanggis membeli kopiah
Kopiah indah kan kau dapati
Begitu banyak gadis yang singgah
Hanya dinda yang memikat hati
Rumahmu dari kayu
Atapnya dari jerami
Rupamu sungguh ayu
Tapi sayang jarang mandi
Layangan putus nyangkut di paku
Pakunya nempel di jemuran baju
Cinta mu tulus hanya untuk ku
Tapi sayang mama ku ngga setuju
Diseduh cepat duduk di bangku
Bila hatimu masih sendiri
Berilah tempat untuk diriku
Ambil nampan dalam lemari
Kelapa muda bikinin jamu
Cowok tampan yang kamu cari
Sudah ada di hadapan kamu
Naek ke atap pakai bikini
Bikini bekas pakein pita
Coba tatap mataku ini
Kan kau dapat seberkas cinta
Pasa Banjar ada di kota
Pergi belanja bawa uang saku
Bila kamu dikejar cinta
Sembunyi saja di dalam hati
Pagi hari, yang cerah. Semua masih sama seperti biasanya. Namaku masih tetap Laila, masih tetap duduk di kelas 9. Dan masih bersekolah di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Rumah dan keluargaku juga masih sama.
Hanya satu yang berbeda, hatiku. Hatiku sedang hancur, mendapat kabar buruk dari penghibur hatiku. Yang nyatanya, dia hanya memberikan harapan palsu, saja. Bukan ‘perhatian’ yang ku kira.
“Ngelamun aja, yuk kantin”, sapa sahabat terdekatku, Minda.
“Haha, yuk!”, aku spontan tertawa kecil, karena ‘merasa’ dikagetkan.
Halaman sekolahku tidak begitu luas, tapi sekarang, jaraknya terasa sangat jauh. Saat Minda menanyakan; Kenapa aku ‘galau’ ?
Indahnya Cinta dan Persahabatan
Aku hanya diam, aku yakin dia sudah tau apa alasannya. Kemarin aku uda luapkan semua cerita dan kesedihanku sama dia, bahkan tangisku..
“Udahlah gak usah terlalu dipikirin. Kita uda mau ujian lho La, semangat! Kamu pasti bisa La, kamu kuat”, ucap Minda menyemangatiku, saat ke luar dari kelas. Karena sedari tadi aku hanya diam. Tetep aja, aku diem dan hanya membalasnya dengan senyuman.
“Iya La, nanti ga bisa masuk SMADA, mati kau!”, canda Azza, yang juga sahabatku. Ini sangat menggelikan. Aku dan semua sahabatku, sontak tertawa. Dia memang sahabat yang paling berbeda dari yang lain. Dia sangat humoris. Dia-lah perncair suasana kita.
“Yuk balik, udah bel tuh. Denger ngga?”, ajak Azza kepadaku dan yang lainnya, dengan nada semangat.
“Yuk”, jawab kita serempak dan disertai dengan anggukan dari yang lain.
“Ma-te-ma-ti-ka”, begitulah aku mengeja kata yang tertempel di sampul buku tulis berwarna cokelat ini.
Seperti biasanya, kami berkelompok untuk mengerjakan beberapa soal untuk persiapan ujian. Nama kelompok ku Fidayodela, terdiri dari beberapa anak kece; Fitri, Dava, Yovie, Desthi dan aku, Laila. Menurut penglihatan temen-temen dari kelompok yang lain, kelompok ku adalah yang ternyaman! Karena kami konsekuen dengan hak dan kewajiban kami. Saatnya serius kita konsentrasi, saatnya free kita bener-bener gila. Pokoknya nyaman dan nyenengin kok!
Seperti hari biasanya, aku sama temen-temen pulang naik bus, angkutan umum. Tapi, aku ngerasa ada yang beda dari biasanya, semua temen-temenku dari tadi senyum dan ketawa ga jelas. Mencurigakan. Yakin, pasti ada yang mereka sembunyiin.
Ini lagi.. Aku ngga ngerti sama perilaku Minda, yang ini. Dia mau duduk bentar di tengah jalan mau ke halte. Aku sih nurut aja. Awalnya, aku cuman fokus sama cemilan di tanganku ini. Tapi kok, tiba-tiba...
“Ada yang dateng! Aku mau pergi! Aku ngga mau di sini! Aku benci dia!”, teriak ku dalam hati. Sekarang, aku telah melahap habis cemilanku. Bingung asli, mau ngapain. Fix, aku salting.
“Minda, ayo pulang..”, kataku sama Minda yang baru asyik ngobrol sama temen yang lain.
“Nanti dulu ah La”, jawab Minda, santai. Dia bener-bener gak mikirin aku yang dari tadi salting, dan muak liat...
“Gawat! Ini bener-bener gawat. Tuhan...”, aku pengen teriak sekenceng-kencengnya, berharap temen-temen denger dan bakal segera pulang.
Entah kapan waktu uda mulai berdetik, dia... Iya, dia. Fauzan. Uda turun dari sepedanya dan sekarang jalan, menghampiri aku.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, boleh?”, ujarnya dengan nada lembut dan tanpa ku sadari, aku mengangguk.
Aku lihat sekelilingku. Masih sama, masih temen-temenku aja yang di sini. Dan masih saja, mereka sibuk ngobrol. Seperti tidak tau, aku ‘akan’ ngobrol sama Fauzan. Atau mungkin berpura-pura tak tau(?)
Aku duduk. Tepat di depan dia berdiri. Capek tau berdiri.
“Aku suka sama kamu, aku cinta sama kamu”, kata Fauzan dengan singkat. Jelas. Mendarat tepat di telinga. Mengebom hatiku. Meledaklah, duar!
Sekejap aku mengangkat pandanganku yang sedari tadi melihat ke bawah. Aku diam, menatapnya. Aku usir pandanganku ke sekitar. Aku makin diem, bahkan sekarang aku membelakkan mata. Hampir semua teman satu kelas aku, di sini. Ngeliat ini. Rasaku amburadul.
Aku ngga pernah nyangka, ternyata dia memendam ini(?) pengen banget aku bilang ke dia, “Maafin aku yang udah buruk sangka sama kamu. Aku uda ngira, kamu cinta sama orang lain dan menganggapku cuman sebagai pelampiasan kamu”. Tapi ku urungkan niatku.
“Aku juga cinta sama kamu”, jawabku lirih. Agar tak ada temen yang denger. Ternyata hipotesaku nol. Temen-temen uda tukeran telinga sama kelelawar. Mereka semua denger. Semua teriak, menggodaku.
“Mau ngga jadi pacarku?”, katanya dengan singkat di tengah-tengah teriakan temen-temen. Lalu semua diam. Aku melihatnya, lebih lekat. Aku lihat ada harapan besar di matanya.
Aku menunduk, lagi. Aku ngga tau harus berkata apa. Aku punya prinsip, ngga mau pacaran selama aku belum memiliki ‘ikatan suci’.
Tapi, di samping itu.. Aku juga pengen hangout, makan bareng dan seneng-seneng yang lain, sama lawan jenis. Aku pasti bahagia. Dunia ini milik aku. Karena, cinta datang dengan senyum kecil yang sangat manis.
“Min...da?”, kataku dengan memberikan isyarat bahwa aku membutuhkan solusi.
“Udah, terima aja Lai!”, ujar Yulia bersemangat.
“Iya, nanti nyesel loh”, ujar Fitri dengan senyum manisnya.
Semua temanku pun berujar...
“Terima aja, anggap ini cuman ‘status’. Kamu masih bisa jaga diri kamu. Tetap istiqomah sama prinsip kamu. Aku yakin, pasti Fauzan bakal ngebantu kamu buat jaga prinsip kamu. Dia ngga mungkin nyakitin kamu”, bisik Minda.
Aku peluk dia, erat.
“Iya, aku mau”, jawabku dengan senyum kecil untuknya. Semua temen-temen teriak, gempar.
Akhirnya, aku berlalu dari dia. Kami berjalan menuju halte, tempat kita biasa nunggu bus.
Aku seneng, aku sangat bersyukur kepada Allah. Semoga Allah ngga marah sama aku. Aku bisa miliki cinta di hati aku dengan sebuah jawaban pasti. Aku sangat menikmati hidup dengan cinta yang aku punya, dengan Fauzan. Indah...

“Pagi Robbin!! Semoga harimu menyenangkan!” sapa Elsa pada boneka kesayangannya.
“Elsa! Elsa, sayang ayo turun!” panggil mama.
“Iya… bentar, ma!” balas Elsa.
Elsa turun ke ruang makan. Tidak lupa, ia membawa Robbin. Diletakannya Robbin tepat di depan piringnya. Elsa pun menyusul mama ke dalam dapur. Mereka sempat berbincang-bincang sejenak sambil menyiapkan sarapan.
“Elsa, sekarang kamu sana gih tunggu sama papa dan Kak Aldi.” Saran mama pada Elsa. Elsa bergegas ke ruang makan dan langsung menyapa semua penghuni rumah. Mama pun akhirnya datang membawa makanan.
“Cepat, ma. Elsa duluan, ya. Elsa udah laper banget nih..” pinta Elsa.
“Iya, iya. Sabar dong, sayang.” Ucap mama sembari menuangkan nasi goreng ke piring Elsa.
“Eh, Sa. Lo nggak malu apa? Udah gede kok masih main boneka ginian?” tanya Kak Aldi menyindir.
“Biarin. Toh kakak nggak dirugiin kan?” jawab Elsa santai.
“Yaa… nggak sih. Tapi kan”
“Kakak malu punya adik seperti Elsa? Iya?”
“Udah, udah. Ayo kita berangkat. Nanti kalian terlambat lagi.” Usaha papa mencairkan suasana. Elsa dan Kak Aldi pun menyudahi sarapan dan pertengkaran mereka. Elsa menaruh kembali Robbin ke dalam kamar. Mama dan papa tak mengizinkan Elsa membawa Robbin ke sekolah.
Sepulangnya dari sekolah, Elsa langsung bergegas menuju kamarnya. Ia mengganti pakaiannya. Setelah selesai, dikecupnya Robbin dengan penuh semangat. Telepon rumah berdering, belum sempat Elsa mengangkat teleponnya, telepon itu berhenti berdering. Elsa kembali ke kamarnya. Disaat yang bersamaan, Hp Elsa berdering. Elsa pun langsung mengangkat Hp-nya tanpa melihat nama penelepon itu.
“Hallo, Elsa.” Sapa si penelpon.
“Hai, Kak Adryan. Ada apa?” tanya Elsa.
“Aku mau main ke rumah kamu nih, boleh nggak?”
“Boleh! Nanti kita bisa main bertiga deh. ASYIK!!” seru Elsa.
“Emangnya temen kamu mau kesana?”
“Yah, Adryan gimana sih? Payah deh. Bertiga itu, Elsa, Adryan, sama Robbin.”
“Sa, bisa nggak sih sekali aja jangan ajak Robbin?”
“Kenapa, kakak keberatan? Padahal ini kan boneka pemberian Adryan sendiri!” bentak Elsa.
“Elsa, aku ini pacar kamu! Kamu selalu lebih mentingin Robbin dibanding aku. Kamu nyadar nggak sih?”
“Kak! Aku nggak suka dibentak!”
“Elsa…”
TUUUT… TUUUT… Elsa menutup teleponnya.
Elsa mendapat libur semester selama sebulan. Esok sorenya, saat ia sedang asyik bermain di taman bersama Robbin, Adryan datang dengan membawa dua es krim di tangannya. Cara ini selalu berhasil dilakukannya setiap kali meminta maaf pada Elsa.
“Sa, maafin aku ya…” ucap Adryan.
“Kalo’ ada ini, pasti kumaafin.”
“Elsa…”
“Emm, kak. Elsa mau jujur sama kakak. Elsa emang masih anak-anak, kak. Elsa belum bisa untuk jadi dewasa. Dan Elsa selama ini nganggap Adryan sebagai kakak Elsa aja. Nggak lebih, kak.”
“Gitu ya?”
“Maaf ya, kak…” pinta Elsa.
Langit nampak semakin gelap. Terbatuk-batuk. Petir menyambar dimana-mana. Tetesan hujan pun jatuh membasahi bumi. Elsa dan Adryan masuk ke dalam rumah. Mereka berlari ke teras depan. Tiba-tiba Elsa berlari kembali ke halaman rumah. Menari di bawah tetesan hujan itu. Adryan tertegun sejenak, namun Elsa menarik lengan Adryan untuk ikut bersamanya.
“Kak, Elsa memang masih kekanak-kanakan. Tapi Elsa harap, kakak bisa nunggu Elsa untuk jadi dewasa,”
“Pasti, Sa!”
“Hey, kalian! Kesini! Jangan main hujan malem-malem!” ucap Kak Aldi yang tiba-tiba saja muncul.
Mereka pun masuk dan mengganti pakaian. Adryan menggunakan pakaian milik Aldi. Karena sudah terlalu malam, Adryan pun akhirnya ikut makan malam bersama keluarga Elsa. Karena besok semua libur, papa Elsa berencana mengajak semuanya liburan ke puncak. Papa Elsa menelepon keluarga Adryan untuk meminta izin mengajak Adryan jalan-jalan besok. Kebetulan papa Adryan adalah sahabat papa Elsa.
Keesokan paginya, sesampainya mereka di puncak, mama dan papa menyiapkan tenda. Sedangkan Elsa, Aldi dan Adryan pergi ke lapangan basket mini dengan satu ring. Hari ini Elsa tidak membawa Robbin. Ia ingin berubah menjadi dewasa perlahan.
“Ayo, Kak Aldi! Masa kalah sama Kak Ryan! Ah… payah nih!” teriak Elsa.
“Udah dulu, Ry. Gue cape’ banget.”
“Yah, Kak Aldi. Gitu aja kok udah keok?” sindir Adryan.
“Cape’ nih. Haus gue.” Ucap Kak Aldi.
“Elsa juga haus nih..” ucap Elsa ikut-ikutan
“Ya udah, aku ambil minum dulu ya” ucap Adryan langsung beranjak pergi.
Kak Aldi tiba-tiba berbicara sesuatu pada Elsa. Setelah merasa Adryan cukup jauh, akhirnya Kak Aldi pun mulai berucap.
“Lo putus sama Ryan?” tanya Kak Aldi pada Elsa.
“Nggak. Elsa Cuma bilang, Elsa memutuskan untuk saat ini hanya sebatas kakak adik aja.”
“Tanggepan dia?”
“Setuju… Elsa hanya sanggup menyayangi, kak.” Jelas Elsa.
Beberapa menit kemudian, Adryan pun datang dengan membawa tiga kaleng minuman dingin. Sesegera mungkin ia menghampiri Elsa dan Kak Aldi.
“Serius amat. Ngomongin apa sih? Pasti lagi ngomongin aku ya?” tanya Adryan dengan PD-nya.
“GR amat lo!” ledek Kak Aldi.
“Biasalah cowok cakep kayak Ryan gini banyak yang ngidolain..”
“Narsis nih, Kak Adryan,”.
“Yuk, main lagi!” ajak Adryan pada Kak Aldi.
“Gue masih cape’ banget. Ajak Elsa aja gih”
“Kok Elsa sih? Elsa kan nggak bisa main, kak!” jelas Elsa.
“Nggak apa. Sini aku ajarin.” Ucap Adryan polos.
Elsa pun mengikuti segala instruksi yang diberikan. Ia juga mempraktekkan semua gerakan yang dicontohkan Adryan. Kini Elsa berfikir, Adryan memang sosok kakak yang baik. Sekarang mungkin hanya sebatas kakak adik saja, tapi Elsa yakin. Suatu saat nanti pasti melebihi ini.
Cerpen Karangan: Bella Cintyadevi
maaf, Aku tak bisa memberimu apa-apa,
Aku hanya bisa meminta,
Tanpa pernah memikirkan apa yang engkau rasakan.
Ayah . . .
Maafkanlah aku, Aku percaya . . .
Di dalam hatimu selalu ada tangis
yang tak pernah terdengar dan terlihatkan olehku.
puisi cinta ayah
Ayah . . .
Aku tak akan pernah tahu sedihmu dalam diam,
Maafkanlah aku yang tak pernah bisa berbuat
apa-apa untukmu.
Ya Allah . . .
Jadikanlah kami sebagai seorang anak yang
mempunyai akhlak yang baik,
Dan menyejukan hati
Ayah dan Ibu kami.
Ayah..
Terimakasih untuk semua yang telah ayah beri
Kasih sayangmu, pengorbananmu..
Terimakasih telah mendidik aku dengan kasihmu
Ayah..
Engkau lah ayah terhebat dalam hidupku,
Aku akan terus berusaha agar bisa jadi yang terbaik buat ayah
Ibu..
Kaulah pelita dalam hidupku
Kaulah cahaya yang selalu menerangi gelapku
Kaulah darah yang selalu mengalir ditubuhku
Ibu..
Kasih sayangmu tiada tara
Pengorbananmu takan aku lupa
Kaulah wanita terhebat dalam hidupku
Ibu..
Saat aku kecil kau merawatku
Mendidikku dengan kasih sayangmu
Hingga aku dewasa dan sampai detik ini
Aku tak akan pernah melupakan
Kasih sayangmu padaku
Pengorbanan dan perjuanganmu
Untuk anakmu ini
Ibu..
Maafkan aku yang belum bisa buatmu tersenyum
Maafkan aku yang belum bisa buatmu bangga
Maafkan aku yang selalu merepotkanmu
Ibu..
Rasanya aku ingin dan sangat ingin
Membuatmu tersenyum dan bangga
Hanya untukmu dan hanya untukmu
Ibu..
Terimakasih atas jasa dan pengorbananmu
Terimakasih atas do’a dan restumu
Semua itu..
Tak akan pernah terlupa oleh jiwa
Ibu..
Semoga engkau diberi tempat yang terbaik
Oleh Allah SWT..
Semoga kita dapat berkumpul kelak di surga-Nya
Ibu..
Aku bangga memiliki ibu sepertimu
Aku bisa merasakan getaran hatimu
Aku bisa merasakan kesedihan dimatamu
Ibu..
Kaulah kasih sayang sempurna dalam hidupku
Terimakasih telah mendidikku dengan kasih sayangmu
Terimakasih untukmu ibu..
Saat aku keci..
Ajaran dan didikanmu mungkin terasa keras untukku
Namun semua itu untukku, terimakasih ibu..
Aku bangga memiliki ibu sepertimu
Ibu..
Hanya lewat puisi ini aku bisa merasakanmu
Hanya dengan mengingatmu aku bisa menangis
Hanya dengan mengingatmu hati ini bisa bergetar
Ibu..
Terimakasih untuk segala yang engkau beri..
Aku menyayangimu...
Aku menyayangimu..
Pidato Singkat tentang Pemilihan
Ketua OSIS
Assalamu’alaikum Wr
Wb
Yang saya hormati Kepala Sekolah
SMK Negeri 2 Demak.
Yang saya hormati guru-guru dan
staf SMK Negeri 2 Demak.
Beserta seluruh murid SMK Negeri
2 Demak yang berbahagia dan yang cintai.
Pertama-tama,
mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayahnya, kita dapat berkumpul d sini kembali. Shalawat serta salam semoga
dicurahkan kepada jujunjungn kita, nabi besar Muhammad SAW, kepada sahabatnya,
keluarganya, serta kita sekalian sebagai umatnya hingga akhir zaman.
Akan sangat
berbahagia jika saya bisa menjadi ketua OSIS di sekolah tercinta ini.
Seandainya nanti saya terpilih menjadi ketua OSIS, saya akan memberikan yang
terbaik semaksimal kemampuan saya. Dan tentu saja, ada visi serta misi yang
harus saya berikan.
Saya memiliki
visi “Menjadikan SMP (sebutkan nama sekolah SMP/SMA) menjadi sekolah yang
berkualitas, berprestasi, selalu aktif di semua bidang positif, inovatif, dan
amanah yang kesemuanya berlandaskan Iman dan Taqwa kita kepada Yang Maha Esa.
Saya juga
memiliki berbagai misi kedepan jika saya terpilih menjadi ketua OSIS, antara
lain :
1.
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT Tuhan semesta alam dengan mewujudkan berbagai kegiatan kerohanian dan
keagamaan.
2.
Menciptakan kader siswa yang cinta identitas
serta menjaga nama baik Organisasi
3.
Menciptakan kembali rasa saling menghormati dan
menghargai sesama siswa yang telah semakin menyusut
4.
Menciptakan kembali kesadaran kebersihan
lingkungan sekolah
5.
Mengembangkan bakat dan minat siswa melalui
kegiatan keorganisasian yang ada
6.
Melanjuntukan berbagai kegiatan positif OSIS
tahun lalu
Dan masih banyak
lagi. Setidaknya, keenam misi serta satu visi tersebut bisa menjadi ukuran
apakah layak saya dijadikan sebagai ketua osis. Jika, dan seandainya nanti saya
terpilih menjadi ketua OSIS, saya beserta pengurus lainnya akan dengan sepenuh
hati dan semaksimal mungkin akan menjalankan semua program kegiatan sesuai
dengan visi dan misi yang telah saya jelaskan tadi.
Akhirnya, masih
banyak evaluasi mengenai visi dan misi kami. Saya dan jajaran calon pengurus
OSIS yang baru akan segera mewujudkan visi dan misi yang lebih baik, agar
kedepan organisasi ini dapat lebih terarah sesuai dengan harapan sekolah kita.
Wallaahul
muwafiq ila aqwaamitthooriq, Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.
Navigation